[Celoteh] Tempat Pelosok dan Teknologinya
*Disclaimer: Ini hanya pendapat pribadi, kalau pendapat ini salah mohon dimaklumi dan jika pendapat ini benar, mungkin akan jadi pembelajaran buat kita juga kedepannya*
Jadi gini, gw selesai mendengar statement dari salah satu Co-Founder website yang gak bisa gw sebutin siapa itu. Jadi gini, beliau bilang “ini masalah akses dan kualitas, jadi bayangin misalnya anak yang tinggal di kawasan kecil yang jauh (pelosok), yang toko buku gak ada, apakah harus bisa mengandalkan gurunya itu disekolah? kan gak, jadi kita ingin menjadi alternatif belajar gimana caranya, dimanapun dia berada, dia bisa belajar dari guru yang terbaik dengan aplikasi ini dan bisa nonton langsung video pembelajarannya dan kita berharap bukan cuma di Jakarta, Surabaya, Kalimantan, bahkan di pelosok-pelosok juga bisa.“
Dari Statement itu, kenapa 10% gw berat banget buat bilang “Setuju”, ya.. karena di Indonesia itu pasti di pelosok sana susah banget buat dapetin pendidikan yang layak. Tapi dari Statement beliau, rasanya kurang pantas untuk diucap dan jadi kaya menjerumus, gini kalo bahasa kasarnya “lu mau pinter? lu harus punya gadget + aplikasi ini, jadi lu gak harus belajar sama guru lu yang di sekolah itu, yang ilmunya mungkin belom jauh“.
Heeeey~ iyaa itu gak salah kalau buat orang yang punya uang lebih untuk beli gadget dan koneksi internet, tapi disini, kita ngomongin pelosok lhooo.. yang mana uang 5000 rupiah aja berharga buat mereka, ketimbang mereka membeli perangkat + koneksi internet, lebih baik mereka meminta bantuan pemerintah setempat untuk buku-bukunya *biar pemerintah disana kerja yang bener*, atau beli buku yang sudah di subsidi, bahkan bisa gratis kaan. Jadi gw rasa, gw agak kurang setuju dengan statement yang diucapkan itu.
Jadi mungkin, kalau mau buat sesuatu untuk membantu masyarakat khususnya membantu perkembangan anak dalam bidang pendidikan dan apalagi untuk membantu anak-anak di pelosok sana, mending bisa kerjasama dulu dengan pemerintah setempat untuk membuat infrastruktur untuk membantu jalannya aplikasi yang dibuat, jadi jangan hanya kita membuat sesuatu tapi harus maksa “kita harus punya ini untuk mendapatkan itu”, sama aja bohong dong dan malah bisa jadi mahal biayanya ketimbang beli buku atau membayar seseorang untuk mengajari anak-anak dalam bidang pendidikan. Dan lagi, yang namanya tinggal di pelosok, pasti sebagian orang belum ngerti teknologi, gimana cara ini, itu, bahkan orang dewasa yang tinggal di pelosok itu pun masih belum ngerti untuk mengajari anaknya.
Sekali lagi, artikel ini bukan bertujuan mengkritik aplikasi itu, tapi ini hanya pendapat gw yang 10% gak setuju dengan statement beliau. Silahkan berpikir ringkas dan jernih dari artikel ini.
Dan kalau mau komentar, silahkan komentar yang baik dan benar, serta pakai nama sendiri 🙂
****
Oh ya, tambahan dari artikel gw yang lain dari Tipikal Orang Indonesia, karena ini bisa mengarah kesini juga yaitu, misal kalau kalian ada yang berpikir “udah lah ja, gak usah ngritik kata-katanya itu, emang lo bisa buat apa?”
eittsss.. inget, gw bukan mengkritik, gw hanya kurang setuju plus memberi kalian pelajaran untuk berkata atau berucap ke orang banyak.. dan karena kalau mau mengkritik sesuatu, kita gak harus buat sesuatu yang harus kita kritikin itu..
jadi gini:
misal lu jago main game, lu menang main game apapun termasuk kompetisinya, trus ada 1 game yang lu mainin ternyata jelek dan gak sesuai harapan, apa lu harus kritik game itu karena lu bisa buat game? gw rasa gak, karena kita kritik itu sesuai apa yang udah kita alamin, bukan apa yang udah kita buat.
malah orang yang membuat itu yang minta pengalaman dari orang yang belum pernah membuat tapi udah punya pengalaman bermain game, untuk di kritik / diberi penilaian game itu, apa bagus atau engga dan sesuai pasar/zaman sekarang atau engga ?
Nah, kenapa gw gak setuju, karena IYA.. gw pernah merasakan perasaan orang yang tinggal di plosok sana, susahnya gimana, blablabla… dan gw juga seorang Founder & CEO dari salah satu ‘startup’ di Indonesia. So, tolong jangan berpikiran kaya gitu.. and it’s my opinion yaa tentang “emang lo bisa buat apa?” 🙂
dis…
stuju sangad :”