Celoteh

[Celoteh] Kepada Bapak/Ibu yang Terhormat

Eee siapa tuuuh?

Kepada Bapak/Ibu yang Terhormat,

Saya tau kok kalau Bapak/Ibu harus Cepat dan Tanggap untuk mengurus Negara Indonesia ini, entah saat Bapak/Ibu duduk didalam ruangan yang sedang berpikir cepat atau saat sedang dijalan dan butuh perjalanan yang cepat agar sampai ditempat tujuan untuk meeting atau lanjut mengurus pekerjaan ditempat lain. Untuk itu Bapak/Ibu mendapat fasilitas Negara yaitu “dahulukanlah kendaraan prioritas saat sedang dijalan”, makanya saya selaku warga biasa akan memberikan jalan saat ada Pejabat RI atau kendaraan yang masuk dalam kategori prioritas di Indonesia ini, dan saya akan menepikan kendaraan yang saya bawa itu. Bapak/Ibu juga dapat fasilitas pengawalan ketat dijalan yang dikawal oleh Polisi untuk jaga-jaga jika ada warga yang bandel jika sudah diberikan isyarat kendaaran (dalam bentuk suara atau nama lainnya sirene) tapi tidak mau menepi juga.

Tapi saya mohon kepada Bapak/Ibu yang terhomat, yang memakai fasilitas tersebut, (maaf dan mungkin) arogansi dijalan (yang diwakili oleh kendaraan polisi) untuk tidak terlalu berlebihan memakainya. Mohon untuk dilihat situasi dan kondisi juga untuk mengeluarkan suara isyarat (sirene kendaraan) tersebut.

Jika dalam keadaan jalanan sempit (hanya 1 atau 2 jalur saja) dan jalur tersebut ada pertigaan atau perempatan dan sedang lampu merah, mohon untuk tidak terus menerus membunyikan sirene kendaraannya. Saya tau suara sirene itu dan paham kok, mungkin orang lain juga paham ada sirene tersebut, tapi mungkin saya dan warga lain yang sedang menyetir dan melihat ada lampu lantas sedang berwarna merah ditambah jalan sempit juga karena macet yang tinggi, ya minggirnya juga mau gimana Pak/Bu, lah wong jalanan sempit dan padat tooh..

Kepala saya jadi pusing dan bindeng telinga saya jadinya mendengar suara sirene tersebut. Mungkin bisa dicontoh pemakaian pengawalan oleh polisi seperti halnya yang dilakukan oleh Bapak Presiden Jokowi, membunyikan sirene kendaraan pengawal seadanya atau memohon kepada warga yang sedang menyetir untuk saling menghargai juga satu sama lain, setidaknya ada isyarat tangan lah untuk “permisi atau maaf”. Itu akan lebih dimaklumi ketimbang membunyikan sirene kendaraan pengawal terus menerus yang membuat orang lain bukan jadi segan akan kehadiran Bapak/Ibu lewat, tapi malah akan menjadi muak karena mendengar suara sirene kendaraan pengawal yang bunyi terus padahal jalanan sempit ditambah macetnya jalan karena efek lampu lalu lintas yang ada di pertigaan/perempatan jalan.

Kecuali, Bapak/Ibu berada dijalanan luas dengan jalan 3-5 baris ditambah jika jalanan itu ada lampu lantas serta pertigaan/perempatan jalan, dan ada kendaraan yang tidak mau minggir saat sudah diberi isyarat dari sirene kendaraan pengawal, barulah boleh di “gas kan” saja itu sirenenya mengingat dia sudah diberi isyarat tapi tidak minggir juga.

Jadi saya harap, Bapak/Ibu bisa mengingatkan kembali kepada pengawalannya untuk “marilah kita sama sama menghargai dijalan dan melihat situasi dan kondisi dijalan seperti apa”.

Maaf jika artikel ini ada bahasa yang kurang sopan karena artikel ini dibuat sebagai curhatan yang bersifat publik yang dimuat di blog ini.

Untuk warganet yang ingin memberikan respon tentang artikel ini, saya selaku penulis mempersilahkan dan mohon koreksinya jika ada kata/kalimat saya yang salah yang mungkin menyindir pihak tertentu. Saya akan meralatnya.

Related Article

Pradja DJ

M untuk Mini dan W untuk Wumbo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

Back to top button
Advertisment ad adsense adlogger