Halo halo, #CelotehAi balik lagi di blog ini !! Kali ini gue pengen bahas sesuatu yang kayaknya bakal kontroversi di kalangan teman-teman gue yang pemikirannya “10.000 tahun lamanya sangat sangat lawas“, dan mungkin beberapa ada yang relate atau bahkan ketrigger. Sebenernya cuma pengen berbagi pandangan aja dari gue yang dulu sama pandangan gue yang sekarang. Kalau memang pandangan kita yang sekarang ini sama I got u girl, tapi kalau memang pandangan kita berbeda yaaaa… ya udah.
Jadi gini beberapa hari lalu gue juga sempat agak geram sama suatu postingan dari kenalan gue, jadi di postingan itu dia ngomongin tentang “bagaimana cara melindungi rumah tangga dengan cara tidak posting kemesraan atau kebaikan istri atau suami, dalam tanda kutip yang dalam artian bahasa kasar, intinya mah nggak usah posting-posting kebahagiaan elu sama pasangan lo“, karena katanya kalau posting-posting kita itu nggak bisa menghargai orang lain yang barangkali rumah tangganya nggak sebahagia kita.
Oke baiklah mungkin gua yang dulu akan berpikir kalau postingan itu adalah benar, kayak kita harus menjaga perasaan orang lain yang kisahnya nggak sama seperti kita yang lebih bahagia. Eittss, tapi nampaknya pemikiran gue udah berubah selang 7 tahun ini.
Gua mikir, kayak kenapa gua harus mikirin perasaan orang lain sementara yang gua rasain itu gue lagi bahagia dan apa yang pengen gua share itu adalah mutlak kebahagiaan gue sendiri dan gue pengen share kebahagiaan gua sendiri, dan gue juga mikir kenapa gua harus menjaga perasaan orang entah orang itu tersakiti atau enggak sementara niat gue posting itu tidak ingin menyakiti siapapun melainkan demi kebahagiaan gue sendiri.
Dan gue berpikir atau pernah ada yang bilang sama gua kalau apa yang gue pikirin itu tuh adalah pemikiran yang egois karena nggak mau mikirin orang lain, dan sampai sekarang gue masih mikir letak egoisnya gue dimana karena apa yang gue lakukan itu nggak nyakitin orang lain kecuali kalau lu ngelihat apa yang gua lakuin itu adalah dari kacamata IRI lu.
Kalau MUNGKIN emang lu IRI dan DENGKI ya udah pasti… pasti gua yang nyakitin lu karena dengan kebahagiaan gua bikin lu ngerasa sakit hati karena lu nggak bisa rasain apa yang gua rasain. Tapi kalau misalnya lu ngelihatnya nggak ada iri sama sekali ya biasa aja bahkan lu juga nggak peduli gue bahagia atau sengsara. Apa yaa, ini sih definisi orang yang sering ngomong “LU MAH ENAK, LAH GUA….” LAAH IYAA, makanya bikin enak diri lu doooonnggg, bikin nyaman diri luuu biar gak ada ngomong kaya gituu.
Konklusi dari pemikiran gue adalah sampai sekarang kalau lu bahagia ya udah lu bahagia, kalau lu sedih terus kalau misalnya lu datang ke gua minta bantuan atau hanya sekedar curhat, ya kalau bisa bantu ya gua bantu, gw bisa dengerin ya gw dengerin atau mungkin kasih saran.
Kenapa pemikiran gua soal postingan itu bisa berubah? Karena balik lagi ini adalah tentang niat dan hati. Sesuai dengan niatnya, kalau kamu posting untuk memberikan kebahagiaan ya yang lu dapat kebahagiaan itu. Tapi kalau misalnya niat lu memang buat pamer ya lu dapat rasa bahagia pamernya itu.
Cuma gue yakin banget dari dalam lubuk hati setiap manusia yang mau membagi kisah kebahagiaannya dia itu tuh niatnya nggak pamer hanya ingin berbagi aja. Nah yang bilang itu pamer karena orang tersebut nggak bisa ngerasain apa yang lagi lu rasain ya “dia iri”.
Nah kalau udah ngomongin iri dan dengki, itu balik lagi sih ke hati masing-masing orang. Karena yang tadi gue bilang di atas ini adalah masalah hati.
Karena pemikiran gue bisa berubah itu karena baca suatu postingan dari kenalan gua yang lain kalau dia itu pernah bilang “selemah itukah hati kamu sampai kamu melihat kebahagiaan saudaramu sedikitpun itu membuat kamu iri dan dengki“.
Nah dari situ gua mikir dong jadinyaaaa, berarti itu orang-orang yang iri dan dengki memang memiliki hati yang lemah. Memiliki pemikiran yang jelek, bahkan yang bisa dibilang nggak bisa berprasangka baik kepada orang lain.
Kayak gue juga pernah ketrigger sama postingan yang bilang “jangan suka share posting makanan karena lu nggak pernah tahu orang yang lihat postingan lu itu bisa makan enak kayak lu apa nggak tiap hari“. Terus gua mikir lagi kenapa gua harus mikirin orang yang belum makan tiap hari sedangkan mungkin kalau memang lu mau berpikiran baik bisa jadi gue adalah orang pertama yang baru pertama kali seumur hidup ini makan steak? Ya tooh?
Kalau misalnya di otak lu cuma mikir pemikiran gamblang secara lurus aja, ya paham aja kalau misalnya lu nggak bisa berada di posisi orang yang di depan lo, dan hal itu berlaku sebaliknya juga. Karena segala/sesuatu hal nggak bisa dipikirin cuma dari satu sisi melainkan 2 3 4 5 sisi. Intinya kalau nggak bisa berprasangka baik ya jangan berprasangka buruk.
Karena jujur, gua ngeliat orang yang memang dikit-dikit udah negatif thinking yang sangat jauh sekali ke gue (itu yang gw rasain sih), itu udah langsung gue jauhin sejauh-jauhnya, gua nggak peduli dan gua nggak mesti harus jelasin dari sisi gue itu kayak gimana.
Sebenarnya sih gue sedih banget ngeliat orang yang ngelarang orang lain untuk membagikan kebahagiaan mereka, padahal gue juga paham banget sebenarnya dia juga pengen digituin, tapi dia nggak bisa akhirnya yang bisa dia lakukan hanyalah melarang orang lain untuk membagikan kebahagiaan itu.
Contoh lainnya lagi nih yang gue dapat, ada salah satu kenalan gue juga curhat sama gue, katanya dia tuh share kebahagiaan dia sama suaminya, misal contohnya posting foto dia sama suaminya cuma pengen ngebagiin atau cuma pengen yaaa sekedar posting aja biar jadi galeri online, dan saat gw ngeliat postingan itu yaa, gua senang sebagai temannya terus juga mungkin suaminya juga senang yang dibuktikan dengan di share ulang.
Tapi di satu sisi dia dinasehatin lagi sama kenalannya yang “kalau posting-posting kayak gitu tuh nggak bagus dan bikin orang lain jadi iri hati“. Lalu dia langsung bilang kayak ngerasa bersyukur kalau dia tuh nggak di posting-posting sama suaminya karena suaminya ngejaga dia banget agar nggak jadi pandangan laki-laki lain.
Lalu gua mikir dari omongan kenalannya kenalan gue tersebut itu ada secuil rasa iri kalau suaminya itu memang TIDAK PERNAH memamerkan dirinya (si Istri) makanya kenapa dia nyerang kenalan gue yang dia sedang dipamerin sama suaminya.
Ngomongin kaya gini, itu juga termasuk contohnya kaya anak lho, misal lu (sang istri) ngebagiin foto-foto anak lu ke sosial media, nah kalo dibalik kaya gitu, lu ada gak mikir orang lain yang gak bisa punya anak, dia iri sama lu sendiri? Hayooo.. lu ngelarang ngeshare postingan yang kaya gitu, kebahagiaan suami-istri karena hadis ini-itu mungkin, tapi lu “melanggar sedikit” omongan lu yang mungkin dibelokin posisinya ke anak. Jatuhnya lu munafik, dan yaa balik lagi.. iri karena lu gak dapet hal itu dari pasangan lu.
Karena gue juga mikir setiap perempuan itu pasti pengen dipamerin walaupun hal sekecil itu. Misalnya nih, di sosial media lu itu nggak ada foto istri lu sama sekali tapi masa iya sih seorang suami yang sayang sama lu atau seorang laki-laki itu yang sudah menikah nggak posting foto buku nikahnya sih di zaman sekarang loh, atau foto tangan lagi gandengan pake cincin nikah gitu buat bagiin kebahagiaan.
Dan kalau misalnya lu bilang lu itu bangga digituin sama suami lu, gue yakin banget di dalam lubuk hati lu itu tuh lu insecure dan lu tuh ngerasa sedih juga. Lu mungkin juga nggak pernah tahu karena dia nggak pernah posting foto buku nikahnya, ya dia bisa nikah lagi sama perempuan lain bahkan lu dimadu atau dia nikah siri karena status nikahnya nggak ada atau gak terbukti, hayooo???
Zaman sekarang aja orang yang udah nikah aja bisa nikah lagi dan bisa selingkuh juga, apalagi lu yang nggak pernah “dipamerin” sama sekali ??
Gua nggak muluk-muluk nyuruh pamerin muka lu dan paha atau tetek lu apa segala macemnya, tapi maksud gua di sini, tolonglah jangan nyerang kebahagiaan orang lain hanya demi mendapatkan atau menormalisasikan apa yang gak lu dapat.
Oh yaa, tambahan lagi dan mungkin perlu diingat bahwa gue gak pernah ada iri sama orang lain entah itu lu mau makan enak, lu punya anak seberapa banyaknya, anak lu ini itu manjanya, lucunya, suami lu sayang sama lu atau apanya, keluarga lu gimana, gue gak iri dan gue cukup nikmatin hidup gue yang sekarang ini dan kalau liat postingan orang yang bahagia, gue sebagai teman ya bahagia juga bahwa yang lu posting ya pencapaian lu itu, entah yang dari lama dipengenin atau langsung dapat cepat.
Terus juga lo itu gak penting di kehidupan orang lain (diluar keluarga inti lo), mau lo kaya gimana, orang lain gak peduli, orang lain ya fokus sama kehidupannya sendiri, kesenangannya sendiri, dan pastinya lo juga akan dilupain. Hidup itu ya pilihan, lu mau pilih kebaikan atau gak, lu mau pilih senang sama yang lu liat atau gak. Semua pilihan ada di lu.
Ya udahlah kata-kata simpelnya dari celotehan ini, GAK USAH IRI. Tapi gue juga nggak bisa ngelarang orang iri karena itu balik lagi ke hatinya dia masing-masing, disini sebenernya gue hanya memberikan saran, saran bisa dipakai atau gak. Dan sekali lagi, disini gue cuma cuap-cuap akan pemikiran orang lain yang aneh.
Yaa udah aaahh, kayaknya udah panjang banget gue ngetiknya ini.
Hal terakhir yang pengen gue sampein adalah, segala sesuatu yang kita lakukan itu ada niatnya, mau niatnya baik atau buruk, diterima sama orang baik atau buruk, itu bukan tugas gue atau sudah di luar tanggung jawab gue. Karena tanggung jawab gue adalah menyampaikan kebaikan, kalau ternyata sampai di elu-nya itu keburukan berarti itu adalah tanggung jawab lu karena lu yang menerima dan yang menilai diri lu.
Setelah dipikir-pikir lagi mau gua nggak jelasinnya sebaik apapun dan penyampaiannya sedetail apapun, kalau misalnya di otak lu ada cacatnya sedikit atau terganggu dengan yang ada di hati lu, yaitu semua nggak akan berguna juga, ujung-ujungnya pasti gue akan jahat juga dimata orang yang gak sependapat.
Baiklah sekian dari saya,
Aku Aymana Manisha pamit mau makan sekoteng karena udah malem plus capek 😅